CATATAN HATI SEORANG ISTRI 2

Hari ini begitu melelahkan. pulang balik cek atm. seorang teman telah mentransfer sejumlah uang ke rekeningku tapi sudah 2 hari tidak bertambah juga saldo di rekening.

Belum saja lelah ini hilang, tiba-tiba hpku bergetar menandakan ada sms masuk. benar saja, 1 new message. dan itu dari mama. segera ku buka sms itu dan ku baca dengan seksama karena isi pesannya panjang sekali.

Pesan singkat itu betul-betul singkat tapi cukup meruntuhkan duniaku.engkau yang selama ini percaya dan melindungiku, akhirnya memilih untuk marah dan tidak ingin melihat dan mendengar suaraku lagi. aku tahu engkau kecewa mama. maafkan kami karena belum bisa menepati janji kami. bukan kami lari dari janji itu, namun memang belum bisa kami menepatinya. semuanya masih dalam progress mama. aku tahu karena janji kami, akhirnya mama dan bapak jadi susah. tapi semarah itukah dirimu padaku sampai engkau hanya mengirim pesan singkat tanpa mau mendengar penjelasanku?

Ada apa ini? kenapa satu persatu yang aku miliki dan aku sayangi pergi? aku memang sudah menikah, sudah punya suami yang akan bertanggung jawab pada kehidupanku. tapi apa saya harus kehilangan semua yang aku miliki sebelum menikah, termasuk orang tuaku? seburuk inikah pernikahanku? dimana salahnya pernikahan ini? aku tidak tahu harus bersikap bagaimana. katanya pernikahan akan membawa berkah dan rezeki untuk mereka yang melaksanakannya dengan baik. tapi sepertinya tidak dengan pernikahanku. semua sulit, semua hilang. bahkan hamil pun tidak bisa. pernikahan inikah yang salah? atau kami yang pelakonnya yang salah?

Suamiku, tidak ada yang salah dengan pernikahan kita. kita lah yang salah bersikap. suamiku, engkau tahu tanggung jawabmu sebagai suami. harusnya engkau bisa berusaha lebih keras untuk membangun cinta kita ini dalam pernikahan.bukan malah membiarkan semua yang telah kita miliki hilang begitu saja. karena tidak semua hal bisa dikembalikan dan sama dengan yang hilang dulu.

Suamiku, bagaimana aku harus jelaskan kepadamu. seluruh cinta, jiwa dan ragaku telah ku persembahkan untukmu, layaknya aturan tuhan kepada seorang istri yang harus tunduk pada suaminya. aku memilih diam dan mengalah saat hatiku marah dan kecewa demi menjaga perasaanmu. namun saat aku harus kehilangan semua yang ku miliki karena janjimu yang tidak mampu tertepati, haruskah aku diam saja dan tetap tunduk padamu?

Suamiku, mohon mengertilah sedikit posisi dan perasaanku. aku rela menjalani hidup apapun denganmu tapi tidak berarti aku harus kehilangan keluargaku kan? mengapa engkau terlihat begitu diam, begitu santai. tidakkah kau mengerti juga jika ini masalah yang sangat urgent. atau engkau senang orang tuaku marah dan meninggalkan kita seperti keluargamu yang tidak pernah peduli pada kehidupanmu? tidak suamiku. aku tidak ingin sepertimu, dimana keluargamu hanya sayang padamu saat engkau punya uang. aku dibesarkan oleh orang tuaku dengan penuh kasih sayang, bagaimana pun kondisiku. pernikahan ini membuat saya harus kehilangan mereka. maka pada siapa lagi kita akan meminta nasehat dan restu kalau bukan pada orang tuaku?

Suamiku, maafkan aku jika terkesan menyalahkanmu. namun sadarkah engkau jika ini memang tanggung jawabmu untuk menepati janji? jangan jadi pengecut suamiku. aku tidak mengenalmu seperti itu. kecuali jika memang engkau telah berubah. engkau hanya mau enaknya saja tanpa mau berjuang membangun cinta dalam rumah tangga kita.

Semua tergantung engkau suamiku. mau tetap merawat dan membangun cinta kita atau memilih untuk melepaskanku?jangan sia-siakan aku dan waktu yang kau punya suamiku. waktu kita tidak banyak. penyesalan selalu datang belakangan.

#sahabatku, hidup adalah pilihan

No comments:

Post a Comment