Hari ini 8 Ramadhan 1437H. beberapa hari yang lalu sampai hari ini, berita di media masih di ramaikan dengan berita ibu Saeni yang warung makannya di razia oleh satpol PP Serang, Banten. Razianya tidak kira-kira karena semua makanan di warung tersebut diambil, tanpa sisa sedikit pun, dengan alasan dilarang berjualan di siang hari selama bulan ramadhan sesuai Perda prov. Banten yang disetujui oleh MUI. Entah dibawa kemana makanan itu. Di buang? Atau satpol PP nya buka puasa dengan makanan hasil razia?
Ada apa dengan negeri kita ini? Seperti inikah toleransi yang dianut oleh muslim di Indonesia? Mengapa terlalu banyak toleransi di bulan Ramadhan? Syapa yang mengharuskan toleransi itu? Toleransi memang penting dalam kehidupan bermasyarakat. Namun penting untuk difahami bahwa toleransi yang baik harus didasari oleh kesadaran semua pihak dan saling menguntungkan, bukan malah merugikan salah satunya.
Sekarang mari kita coba analisa. Ramadhan mewajibkan umat muslim untuk berpuasa sebulan penuh bagi yang tidak berhalangan, baik secara fisik maupun psikisnya. Puasa bermakna menahan. Menahan segala hal seperti makan, minum, nafsu amarah dan hal-hal yang mampu membatalkannya sampai pada waktu yang ditentukan. Dengan berpuasa, diharapkan umat muslim mampu menahan diri dari godaan, baik godaan dari dalam maupun dari lingkungan luar agar saat ramadhan telah usai, kita telah terlatih untuk lebih bijaksana dalam melakukan dan menyikapi suatu kondisi atau kejadian. Tapi adakah yang menyadari fenomena yang terjadi setiap bulan Ramadhan?
Lihatlah di sekeliling kita. Saat bulan ramadhan, hampir semua warung makan tutup dengan alasan toleransi untuk yang berpuasa. Atau mungkin ada yang takut kena razia juga? Lalu adakah yang memikirkan nasib mereka yang tidak berpuasa? Kita ini bukan Negara Islam, sekalipun kita mayoritas, namun adakah jaminan semua muslim melaksanakan puasa di bulan Ramadhan? Tidak juga. Perempuan-perempuan hamil dan menyusui, perempuan yang berhalangan, para lansia atau orang yang sedang sakit dan tidak mampu melaksanakan puasa, dan yang paling penting bagi non muslim. Saat mengatasnamakan toleransi, mengapa hanya warung pinggir jalan saja yang jadi razia? Mengapa Supermarket, Minimarket, dan pasar tidak kena razia “dilarang berjualan di siang hari”? Padahal semua tempat-tempat itu juga menjual makanan mentah maupun makanan jadi. Mengapa sepertinya razia tersebut hanya diperuntukkan bagi mereka yang tidak berdaya? Seperti inikah yang diharapkan diraih dalam ramadhan? Inikah toleransi?
Namun, sebenarnya bukan razia yang menjadi pokok penting tulisan saya ini. Yang ingin saya sampaikan adalah sepertinya kita telah menyalahartikan toleransi dalam bulan ramadhan. Saat para pedagang mengurangi jadwal penjualannya atau bahkan ada yang sama sekali tidak berdagang dalam bulan ramadhan, maka bagaimana mereka memenuhi kebutuhan sehari-harinya dalam bulan ramadhan. Sedangkan seperti yang kita ketahui, kebutuhan sangat meningkat dalam bulan ramadhan. Bahkan sebenarnya, bulan ramadhan adalah tempatnya surge rezeki bagi para pedagang karena kebutuhn para konsumen sangat meningkat. Yang kedua, berpuasa bermakna menahan, seperti yang telah saya jelaskan di paragraph sebelumnya. Namun saat semua hal yang bisa menimbulkan godaan di larang, seperti warung makan di larang berjualan di siang hari, semua wanita berpakaian sopan saat keluar rumah, bahkan ada beberapa tempat kerja mewajibkan bagi yang juga non muslim, lalu bagaimana kita melatih diri untuk menahan godaan sedangkan semua godaan “dilenyapkan’? lalu dimana tantangan bulan ramadhan yang diharapkan membuat kita menjadi lebih baik kedepannya jika saat bulan ramadhan, semua hal dikondisikan? Inikah toleransi itu? Untuk saya, ini bukan toleransi, tetapi peraturan. Toleransi tidak perlu disosialisasikan, karena hal itu akan menjadi kesadaran pribadi. Lihatlah di beberapa supermarket yang tempat makannya tetap buka di siang hari, apakah ada peraturan yang diberikan pada pemilik tempat makan itu? Saya rasa tidak ada. namun untuk toleransi terhadap yang berpuasa, maka di sekeliling tempat makannya di tutup dengan kain gorden dan sejenisnya agar tidak terlihat langsung bagi orang-orang yang hanya sekedar lewat. Dan tidak ada masalah karena kenyataannya memang tetap ada yang butuh makan di warung makan pada siang hari di bulan ramadhan. Kita juga tidak punya hak melarang orang mencari nafkahnya di siang hari dibulan ramadhan atau melarang orang-orang yang tidak berpuasa untuk tidak makan di warung makan pada siang hari karena itu berarti kita telah merampas hak hidup seseorang. Adakah yang menyadari hal ini?
Maka tidak heran jika bulan Ramadhan hanyalah sebuah moment festival tiap tahun, bukan hal yang istimewa. Lihat saja, saat Ramadhan usai, apa yang terjadi? Semua kembali berzina. Tidak ada lagi pakaian sopan. Tempat-tempat maksiat beroperasi bebas lagi kan? Kita kembali menjadi pemarah, pembohong, dan semua hal buruk yang saat ramadhan tidak kita lakukan. Lalu apa yang kita dapatkan dari bulan suci penuh berkah itu? Tidak ada. Mengapa? Karena ramadhan tidak melatih kita apa-apa. Kita hanya dikondisikan oleh suatu peraturan saja. Bersabarlah menahan, hanya 1 bulan saja.
Mungkin tulisan ini agak kasar dan saya adalah seorang muslimah. Saya hanya berharap kita benar-benar mengerti makna sesungguhnya dari berpuasa, bukan peraturan toleransi. Berpuasa di bulan ramadhan adalah kewajiban bagi setiap muslim dengan harapan setelah ramadhan usai, kita bisa menjadi pribadi yang lebih baik karena telah mendapat latihan rutin yang alamiah setiap tahun selama sebulan. Semoga ramadhan tidak menjadi penghalang bagi mereka yang tetap ingin mencari nafkah halalnya di siang hari. Semoga bulan ramadhan tetap menjadi suci seperti namanya. Selamat menjalankan ibadah puasa. Semoga bulan ramadhan tahun ini istimewa, bukan moment festival tahunan. Jangan takut gagal. Jika kita merasa belum sepenuhnya berhasil menahan godaan di ramadhan tahun ini, semoga ramadhan tahun depan masih memberi kita kesempatan untuk berlatih lagi untuk menjadi lebih kuat menahan godaan. Sekalipun umur tidak pernah mampu diprediksi, tetaplah lakukan yang terbaik. Because No body’s perfect. Seperti layaknya saya, Jika toleransi memang harus menjadi peraturan, maka sosialisasikanlah dengan cara yang baik dan benar.
No comments:
Post a Comment