MENIMBANG UNTUK MENIKAH

Pernikahan adalah sebuah kehidupan baru dalam perjalanan hidup seseorang, Aku ataupun Kamu. Pernikahan mengajarkan kita siap berbagi dengan pasangan kita, tanpa batas. Hingga pertanyaan “mengapa engkau memutuskan untuk menikah dengannya” sering terlontar saat kita bertemu dengan teman lama ataupun orang yang baru kenal. Terkadang diri kita sendiripun tidak mengerti, mengapa kita bersedia menikah dengannya? Namun untuk semua itu, ternyata pernikahan bukanlah sekedar karena cinta saja, namun karena Pertimbangan.

Pertimbangan dalam menikah mungkin kedengarannya agak janggal, seolah-olah memunculkan kesan  terpaksa menikah dengannya. Namun Pertimbangan menuju  pernikahan bukanlah hal salah. Bahkan pertimbangan itu mampu menjadi benteng pertahanan saat godaan setan melanda. Seperti halnya yang diungkapkan salah satu sahabatku. Memutuskan untuk menerima lamaran suaminya saat itu bukanlah karena cinta,tapi pertimbangan. Tidak sedikitpun terbersit rasa cinta atau suka pada lelaki itu.

Satu-satunya yang dia rasakan adalah kagum saja. Dia adalah laki-laki yang sangat baik,baik dalam bersikap maupun bertutur kata, baik pada dirinya sendiri maupun pada keluarganya dan orang-orang di sekitarnya. Dia adalah laki-laki yang sangat sayang padanya, meski lelaki itu tahu sahabatku tak sedikitpun punya rasa kepadanya. Dan yang paling penting adalah dia adalah laki-laki yang baik imannya, semoga mampu membawanya ke surga. Dan alhamdulillah, mereka hidup bahagia dengan anak-anak mereka sampai detik ini, meski sahabatku masih berusaha mencari dan menumbuhkan rasa cintanya pada suaminya.

Lain lagi cerita sahabatku yang lain. Sebut saja namanya Nana. Nana juga memutuskan untuk menerima lamaran suaminya waktu itu, juga bukan karena cinta, namun karena pertimbangan. Saat suaminya itu melamar, nana hanya tahu bahwa laki-laki inilah yang serius padanya, yang tidak hanya berjanji namun membuktikan cintanya padanya meski nana tak sedikitpun mencintainya. Jika nana berkeras untuk menunggu lamaran laki-laki yang dicintainya dan menolak lamaran suaminya waktu itu, nana takut dia akan menyesal dan mungkin akan jadi gadis sampai detik ini dan kehilangan kesempatan untuk menyempurnakan sebagian ibadahnya, seperti yang dijalaninya saat ini yang sementara hamil muda.

Masih ada cerita sahabatku yang lain. Sebut saja namanya Hara. Hara adalah perempuan yang sangat pintar namun dikelilingi oleh keluarga yang buta pendidikan,yang sangat kolot pemikirannya, yang menganggap bahwa setiap wanita tempatnya adalah dirumah, jadi buat apa berpendidikan tinggi, cukuplah dengan pintar membaca dan menulis. Hara benci dengan pendapat itu. Dia mencoba untuk keluar dari zona pemikiran keluarganya dengan merantau kemudian berkuliah meski tak mendapat restu keluarga, terutama ibunya. Namun perjalanannya begitu sulit karena kekurangan dana dan masalah-masalah lain hingga saat seorang teman lelakinya melamarnya, Hara menerimanya saja dengan pertimbangan (sekali lagi pertimbangan). Saat dia tidak mampu meraih gelar sarjanaya di kampus, setidaknya dia memiliki gelar lain yang mungkin bisa lebih berkah, sebagai seorang istri. Meski terkadang dia menyesali keputusannya waktu itu, namun setidaknya dia menyadari bahwa dia telah mempertimbangkannya waktu itu.

Lalu bagaimana dengan penulisnya? Pertimbangan jugakah alasannya menerima lamaran suaminya waktu itu? Jika ya, apakah pertimbangannya? Bisa jadi sama saja dengan sahabat-sahabatnya yang lain. Anggap saja seperti itu. heheheehe....

Intinya adalah, pernikahan memang harus dipertimbangkan. Dipertimbangkan untuk menikah atau tidak. Karena pernikahan atas nama cinta pun tetap butuh pertimbangan. Karena cinta hanyalah sebuah alasan untuk memulai perrnikahan. Selebihnya pasti penuh pertimbangan. Namun apapun alasan pernikahan itu, jalani saja sesuai kodrat dan sumpah pernikahan kita. Karena yang terbaik menurutmu belum tentu terbaik menurutNYA, begitupun sebaliknya. Hingga tidak perlu menyesali pernikahan yang telah kita putuskan. Cukup berbuat yang paling baik di batas limit kemampuan untuk menjaga keutuhan pernikahan. Semoga yang TUHAN telah jodohkan dengan diri kita menjadi alasan kita tetap berada dijalan lurus, melewati segala godaan kehidupan..

No comments:

Post a Comment