AKU MENCINTAIMU SUAMIKU

Inilah aku, seorang perempuan berumur 26 tahun. telah menikah setahun yang lalu dan alhamdulillah, saat ini sementara hamil 3 bulan. tiada yang paling sempurna untuk seorang wanita saat Allah telah mempertemukannya dengan jodohnya dan kembali di percaya oleh Allah untuk menjadi seorang ibu melalui janin yang di titipNYA lewat rahimnya.namun benarkah hidupku sesempurna itu?

Menjalani hari-hari sebagai seorang istri ternyata tidaklah semudah yang ku bayangkan, apalagi jika mengingat masa-masa gadis dulu. setelah menjadi seorang istri, dunia ku rasakan benar-benar berubah. aku tidak bisa memutuskan semuanya sendiri lagi, harus selalu minta pertimbangan suami. semuanya harus dijaga. perlakuan, perbuatan, kata-kata, perasaan, dsb. aku berharap menikah hanya sekali dalam seumur hidupku dan berhasil menjadi istri sholehah. dan untuk istri sholehah itu, aku rela melepaskan semua keegoisanku. aku melepaskan cita-citaku untuk jadi wanita karir. sekalipun aku tahu itu akan sangat membosankan, aku tetap memutuskan untuk menjadi ibu rumah tangga saja, mengabdi pada suami, mengurus semua kebutuhan dan keperluannya serta berusaha memberinya keturunan. ku harap mendapatkan ridhonya. untuk istri sholehah pun, aku rela mengikuti kemanapun suamiku pergi, sekalipun aku harus kehilangan kehangatan keluarga. namun selalu ku tanam dalam hatiku, untuk seorang perempuan yang telah menikah, ridho suaminya lebih penting di banding ridho orang tuanya lagi. berharap suamiku pun mengerti bagaimana melaksanakan kewajibannya dengan memberikan hak-hak istrinya, walau istrinya tidak menuntutnya secara terang-terangan.

Pertanyaanya sekarang, sudah sadarkah suamiku akan kewajibannya yang sesungguhnya? sudah mampukah suamiku juga melepas keegoisannya sebagai laki-laki yang telah beristri, bukan bujangan lagi? seorang suami harus menjadi pemimpin untuk dirinya dan kelurganya. harus mampu bertanggung jawab atas nafkah istrinya. apakah nafkah itu sudah cukup dengan uang saja? syukur-syukur uangnya bisa memenuhi semua kebutuhan sesuai budgetnya, namun bagaimana jika semuanya masih serba kekurangan? bukan berarti tidak mensyukuri apa yang ada, namun jika pada kenyataannya memang uangnya tidaklah memenuhi budget rumah tangga,  haruskah istri juga turun tangan membantu memenuhi nafkah rumah tangga? lalu bagaimana tanggung jawab suami itu harus dijelaskan? seberat itukah menjadi istri? seorang istri harus rela meninggalkan ridho orang tuanya demi ridho suami. seorang istri harus rela menjadi ibu rumah tangga, mengurus semua pekerjaan rumah tangga yang tiada akhirnya, bahkan untuk hal-hal kecil seperti membuang sampah, menampung air, mencharger HP, dll. belum lagi saat sudah memiliki anak. semua hal yang terjadi pada anak akan menjadi tanggung jawab seorang istri. lalu suami yang hanya memenuhi nafkah saja masih harus butuh bantuan istri juga? pernahkah suami juga ingin turun tangan membantu meringankan pekerjaan istri sebagai IRT?

Sesungguhnya tidak ada yang salah dengan kondisi istri turut bekerja membantu suami memenuhi nafkah rumah tangga, selama istri mampu dan suami siap bekerjasama untuk meringankan pekerjaan istrinya, sebagaimana istrinya yang turut membantunya memenuhi kewajibannya sebaga suami. namun satu hal yang ku percaya, memutuskan istri untuk bekerja di luar rumah tidaklah ideal. istri akan menelantarkan beberapa tugasnya sebagai IRT, dan sekalipun  suami turut membantu, tetap tidak akan sama jika pekerjaan itu dikerjakanoleh empuny sendiri, yaitu seorang istri. maka sewajarnya, suami istri itu harus tahu tugas dan tanggung jawab masing-masing tanpa harus meninggalkan kegotong-royongan dalam menjalani rumah tangga.

Lalu sudah seperti itukah rumah tangga yang aku jalani sekarang? aku sedang hamil 3 bulan. suamiku sangatlah penyayang. tapi ada hal yang tidak disadari atau mungkin memang suamiku tidak tahu tentang bagaimana sesungguhnya menjadi suami yang sebenarnya, apalagi menghadapi istri yang sedang hamil pertama kalinya? menjadi ibu hamil tidaklah mudah. keadaan hati yang berubah-ubah, begitu pula dengan kondisi fisik yang tidak menentu menjadikan wanita hamil sangat sensitive. ibu hamil itu butuh ketenangan hati, suasana dan lingkungan yang nyaman, tidak boleh berfikir yang berat-berat, tidak boleh cemas berlebihan, tidak boleh bekerja berat, membutuhkan gizi yang seimbang selama kehamilan, tidak boleh terlambat makan, apalagi makan makanan sembarangan, setidaknya bukan untuk ibunya saja, namun lebih ke kesahatan bayi yang ada dalam rahimnya, pun tidak boleh kurang tidur ataupun kurang istirahat. selain itu, ibu hamil juga butuh perhatian lebih dari suaminya. ibu hamil terkadang menjadi lebih manja juga. dan saat ini, entah apa yang di fikirkan suamiku. tahukah suamiku betapa semuanya belum di penuhinya. dari awal pernikahan sampai kehamilan ini, kecemasan tidak pernah berhenti menghantuiku. gizi seimbang untuk ibu hamil? semoga makan mie instant 2x sehari termasuk gizi seimbang. entah bagaimana harus ku jelaskan pada suamiku tentang kondisi kehamilanku ini. cemas berlebihan, makan terlambat, kadang cuma 1x sehari tanpa vitamin tambahan atau susu ibu hamil, sangat tidak bagus untuk pertumbuhan janin di awal kehamilan. namun aku harus bagaimana? inilah yang ku jalani sekarang. entah bagaimana kondisi bayiku saat lahir nanti.saat akan memasuki umur 4 bulan dan jantungnya belum bisa terdeteksi, aku makin cemas. tapi apa yang bisa aku lakukan?

Suamiku bekerja? iya, dia bekerja, bahkan sangat sibuk. saking sibuknya, dia tetap berangkat kerja (katanya) tanpa peduli dengan kondisiku. terkadang dalam keadaan tidak stabil pun, dia tetap pergi, dengan alasan cari uang, WALAUPUN SAAT PULANG KERJA TIDAK BAWA APA-APA,  dia tetap meninggalkanku. dan saat meninggalkanku, dia tidak menanyakan kabarku, apakah aku makan, apakah aku baik-baik saja? khawatirkah dia dengan kondisiku yang tidak stabil ini saat dia tinggalkan? dan saking sibuknya lagi, walupun dia sudah meninggalkanku dari pagi sampai sore, malam hari pun dia masih sibuk dengan laptopnya. sepertinya pekerjaannya begitu banyak, namun apa hasilnya? tidak ada. kehidupan tidak lebih baik dari sebelumnya. semua beban-beban tidak satu pun yang terselesaikan, malah makin bertambah.dalam kehamilan ini, aku selalu merasa sedih, merasa cemas setiap memikirkan kemungkinan-kemungkinan yang terjadi atas beban-beban yang menunggak saat ini, yang semuanya mendesak untuk di selesaikan. namun apa yang bisa aku lakukan? aku sudah menjadi seorang istri yang sedang hamil. aku menggantungkan semua harapanku padanya. aku ingin marah padanya saat dia sibuk kesana kemari namun tidak ada hasil sedikitpun sampai sekarang. aku mencoba menahan semua kekecewaanku atas sikapnya, menahan semua rasa sakitku  selama kehamilan ini. untuk semua masalah yang terjadi sampai detik ini, satu-satunya yang ku sesali adalah telah meminta, memaksa, dan menyetujui suamiku menikahiku saat itu padahal aku tahu saat itu dia tidak punya uang sedikitpun untuk biaya menikah dan akhirnya memutuskan untuk berhutang. harusnya aku mampu menolak saat itu dan berfikir realistis. karena apa yang terjadi sekarang? kita kehilangan semuanya. kehilangan pekerjaan, kehilangan kepercayaan, dan yang paling menyedihkan, kehilangan keluarga. haruskah aku menyalahkan dirimu suamiku? aku pun tidak tahu. aku tidak pernah menuntut berlebihan. aku hanya berharap engkau mengerti bagaimana kondisiku saat ini. kalau saja aku tidak hamil, aku tidak akan merepotkanmu dengan semua masalah ini. tapi aku bisa apa sekarang? kehamilan ini membatasi pergerakanku. semua ini demi kesehatan janin di rahimku. namun pedulikah engkau dengan diriku?

Suamiku, aku tahu semua ini sudah terjadi. saling menyalahkan tidak akan menyelesaikan semua masalah. namun aku memilih diam lebih lama saat ini untuk membuatmu mengerti bahwa engkau sepertinya telah bermain-main dengan tanggung jawabmu. kali ini aku tidak ingin diamku tanpa hasil. aku ingin engkau merenungi sikap dan sifatmu selama ini. sudah benarkah engkau bertanggung jawab sebagai suami? apakah engkau lebih suka aku yang selalu marah-marah dalam segala hal? apa kau ingin aku bersikap seperti MANTAN PACARMU untuk membuatmu lebih mengerti tanggung jawabmu sebagai suami dan calon bapak? engkau tahu aku tidak seperti itu. namun jika engkau ingin seperti itu, aku akan belajar menjadi seperti ADE CANTIKMU. aku rela melakukannya kalau itu bisa membuat kehidupan kita lebih baik. itu tidak akan masalah buatku jika cara itu ampuh untuk menyelesaikan beban-beban kita. karena aku sudah lelah melihat kondisi kehidupan kita yang makin memburuk. aku lelah untuk diam saja, pak. kau yang memilih suamiku. belajar membujuk istrimu saat dia marah, bukan menunggunya baik sendiri, karena ada saat dimana diamnya tidak berarti lagi.maafkan jika tulisanku ini membuatmu tersinggung. mungkin aku menyesal karena pernikahan kita yang diawali dengan hutang. namun aku lebih akan menyesal jika membiarkan hidup kita yang sudah terpuruk ini makin terpuruk lagi, karena aku percaya pilihanku, sekalipun semua orang tidak percaya akan kemampuanmu bertanggung jawab. maka ku mohon, bantu aku membuktikan kepercayaanku ini. AKU MENCINTAIMU SUAMIKU...

Aku siap menjadi AINUN jika engkau pun mampu menjadi HABIBIE. ada baiknya bapak tonton film HABIBI & AINUN sebagai bahan renungan, insha Allah bapak akan mengerti bagaimana tanggung jawab suami yang sesungguhnya dan bagaimana  perasaan seorang istri yang mengabdi hanya pada suaminya. karena aku melihat HABIBIE MUDA dalam diri suamiku, hanya saja suamiku tidak tahu memperlakukan HABIBIE MUDAnya dengan benar.

1 comment:

  1. Terima Kasih @Lisa Fang.
    nantikan tulisan-tulisan saya selanjutnya.semoga tetap menginspirasi.

    ReplyDelete